Masjid Baiturrahim di Ulee Lheue Aceh
Loading...
Dari arah Banda Aceh, yaitu di persimpangan menjelang Pelabuhan Ulee Lheue, ada sebuah masjid yang menjadi saksi kedahsyatan tragedi bencana tsunami di Aceh. Masjid Baiturrahim namanya. Masjid ini menjadi satu dari sedikit bangunan yang masih kokoh berdiri dan berada di kawasan Ulee Lheue ketika musibah itu terjadi. Meskipun ada beberapa masjid lain yang juga bertahan dari bencana tersebut, Masjid Baiturrahim ini menyimpan nilai historis yang lebih mendalam dikarenakan usianya yang panjang.
Masjid Baiturrahim merupakan peninggalan dari Kesultanan Aceh. Masjid ini didirikan sekitar abad ke-17 dengan sebutan Masjid Jami' Ulee Lheue (dalam dialek Belanda dibaca “olele”). Saat Masjid Baiturrahman ini dibakar oleh pasukan Belanda pada tahun 1873, warga Banda Aceh kemudian berbondong-bondong melaksanakan Shalat Jumat di masjid ini. Diperkirakan mulai pada saat itulah “baiturrahim” menjadi nama masjid ini.
Pemerintah Hindia-Belanda melakukan pemugaran di masjid yang sebelumnya berkonstruksi semipermanen. Proses pemugaran tersebut selesai pada tahun 1923 dengan arsitektur baru yang amat dipengaruhi dengan gaya Eropa. Pada saat itu, masjid ini tidak mempunyai kubah dan hanya mampu menampung sekitar 500 para jamaah. Pada tahun 1981, atas bantuan dari Pemerintah Arab Saudi, kembali dilakukan sebuah pemugaran. Pemugaran kali ini memperluas sisi kanan dan juga sisi kiri masjid, sehingga masjid bisa menampung sekitar 1.500 jamaah.
Hanya berselang dua tahun setelah dipugar, Kota Banda Aceh diguncang gempa yang sangat hebat. Banyak bangunan yang hancur akibat dari gempa tersebut. Sekitar 60% bangunan di sekeliling masjid ini hancur atau bahkan rata dengan tanah. Masjid ini pun tidak luput terkena dampak. Kubah masjid runtuh. Pada saat dilakukan renovasi pasca gempa, bagian dari kubah ini dihilangkan sehingga pada bagian atas masjid hanya tertutup atap biasa. Selain gempa, masjid ini juga pernah diterjang banjir besar di tahun 2001.
Pada tanggal 26 Desember 2004, gelombang raksasa setinggi hingga 21 meter menghantam pesisir utara Banda Aceh. Kawasan Ulee Lheue yang berada tepat di tepi laut menjadi salah satu wilayah yang paling parah terkena dampak bencana tersebut. Nyaris semua bangunan di wilayah ini rata dengan tanah atau bahkan hanyut terhempas gelombang ke arah pusat Kota Banda Aceh beserta dengan ribuan jiwa yang menjadi korban.
Ketika bencana tsunami itu terjadi, masjid ini pun masih tetap kokoh berdiri di tengah hamparan puing bangunan sekitarnya yang sudah hancur. Hanya sebagian kecil bagian bangunan yang mengalami kerusakan akibat dari bencana tersebut.
Pasca tsunami, Masjid Baiturrahim ini menarik perhatian banyak pihak dari berbagai belahan dunia. Sebagai salah satu tempat ibadah yang selamat dari bencana, keberadaan dari masjid ini menjadi daya tarik wisata bernuansa religi selain masjid yang selamat lainnya seperti Masjid Agung Baiturrahman dan Masjid Rahmatullah Lampuuk.
Para pengunjung Masjid Baiturrahim biasanya tidak sekadar mengabadikan situs bersejarah yang selamat dari bencana ini. Mereka biasanya juga akan menyempatkan diri untuk melakukan shalat di masjid ini. Para pengurus masjid dan Pemerintah Kota Banda Aceh pun sudah menyediakan fasilitas informasi bagi pengunjung.
Masjid Baiturrahim merupakan peninggalan dari Kesultanan Aceh. Masjid ini didirikan sekitar abad ke-17 dengan sebutan Masjid Jami' Ulee Lheue (dalam dialek Belanda dibaca “olele”). Saat Masjid Baiturrahman ini dibakar oleh pasukan Belanda pada tahun 1873, warga Banda Aceh kemudian berbondong-bondong melaksanakan Shalat Jumat di masjid ini. Diperkirakan mulai pada saat itulah “baiturrahim” menjadi nama masjid ini.
Pemerintah Hindia-Belanda melakukan pemugaran di masjid yang sebelumnya berkonstruksi semipermanen. Proses pemugaran tersebut selesai pada tahun 1923 dengan arsitektur baru yang amat dipengaruhi dengan gaya Eropa. Pada saat itu, masjid ini tidak mempunyai kubah dan hanya mampu menampung sekitar 500 para jamaah. Pada tahun 1981, atas bantuan dari Pemerintah Arab Saudi, kembali dilakukan sebuah pemugaran. Pemugaran kali ini memperluas sisi kanan dan juga sisi kiri masjid, sehingga masjid bisa menampung sekitar 1.500 jamaah.
Suasana di Masjid Baiturrahim
Hanya berselang dua tahun setelah dipugar, Kota Banda Aceh diguncang gempa yang sangat hebat. Banyak bangunan yang hancur akibat dari gempa tersebut. Sekitar 60% bangunan di sekeliling masjid ini hancur atau bahkan rata dengan tanah. Masjid ini pun tidak luput terkena dampak. Kubah masjid runtuh. Pada saat dilakukan renovasi pasca gempa, bagian dari kubah ini dihilangkan sehingga pada bagian atas masjid hanya tertutup atap biasa. Selain gempa, masjid ini juga pernah diterjang banjir besar di tahun 2001.
Pada tanggal 26 Desember 2004, gelombang raksasa setinggi hingga 21 meter menghantam pesisir utara Banda Aceh. Kawasan Ulee Lheue yang berada tepat di tepi laut menjadi salah satu wilayah yang paling parah terkena dampak bencana tersebut. Nyaris semua bangunan di wilayah ini rata dengan tanah atau bahkan hanyut terhempas gelombang ke arah pusat Kota Banda Aceh beserta dengan ribuan jiwa yang menjadi korban.
Ketika bencana tsunami itu terjadi, masjid ini pun masih tetap kokoh berdiri di tengah hamparan puing bangunan sekitarnya yang sudah hancur. Hanya sebagian kecil bagian bangunan yang mengalami kerusakan akibat dari bencana tersebut.
Pasca tsunami, Masjid Baiturrahim ini menarik perhatian banyak pihak dari berbagai belahan dunia. Sebagai salah satu tempat ibadah yang selamat dari bencana, keberadaan dari masjid ini menjadi daya tarik wisata bernuansa religi selain masjid yang selamat lainnya seperti Masjid Agung Baiturrahman dan Masjid Rahmatullah Lampuuk.
Para pengunjung Masjid Baiturrahim biasanya tidak sekadar mengabadikan situs bersejarah yang selamat dari bencana ini. Mereka biasanya juga akan menyempatkan diri untuk melakukan shalat di masjid ini. Para pengurus masjid dan Pemerintah Kota Banda Aceh pun sudah menyediakan fasilitas informasi bagi pengunjung.
Baca Juga :
- Tari Ranup Lampuan dari Aceh
- Tari Seudati, Tarian Tradisional Aceh
- Tari Guel, Tarian Tradisional Dari Provinsi Aceh
- Tari Rateb Meuseukat, Tarian Tradisional Dari Provinsi Aceh
- Geundrang, Alat Musik Tradisional Khas Aceh
- Mengenal Jenis-Jenis Rencong Khas Aceh
- Inilah 10 Obyek Wisata di Aceh yang Wajib Dikunjungi
- Wisata Pantai Ulee Lheue di Aceh
- Tari Bines, Tarian Dari Gayo Lues
- Mengenal Tari Tarek Pukat Khas Aceh
- Mengenal Tari Laweut dari Aceh
- Tari Saman, Tari Asli Aceh Yang Mendunia
Suka artikel berjudul Masjid Baiturrahim di Ulee Lheue Aceh, Yuk bagikan ke: