Inilah 12 Alat Musik Tradisional Dari Sumatera Utara
Loading...
Suku Batak, Nias, Deli, Karo, dan beberapa suku asli di Provinsi Sumatera Utara memang mempunyai kebudayaan yang saling berbeda-beda. Perbedaan budaya diantara entitas-entitas tersebut dapat dilihat dari beraneka ragamnya alat musik tradisional.
Di Provinsi Sumatera Utara sendiri setidaknya ada 12 alat musik yang dapat kita temukan bahkan sampai saat ini. Nah apa sajakah alat musik tersebut? Berikut ini 12 alat musik tradisional dari Provinsi Sumatera Utara :
Aramba merupakan alat musik tradisional berupa gong kecil dan terbuat dari bahan dasar logam besi, kuningan, ataupun perunggu. Alat musik ritmis ini diperkirakan berasal dari budaya masyarakat Nias, Sumatera Utara. Aramba umumnya dimainkan dengan cara dipukul memakai pemukul kayu. Di dalam daftar alat musik tradisional Provinsi Sumatera Selatan, alat musik aramba ini disebut juga dengan nama Bende.
Doli-doli merupakan alat musik tradisional Provinsi Sumatera Utara yang terbuat dari beberapa susunan bilah-bilah bambu. Alat musik yang berasal dari Nias ini, umumnya tidak dimainkan sendirian atau tunggal, melainkan selalu diiringi dengan bunyi alat musik tradisional lainnya, seperti aramba dan kendang. Doli-doli umumnya dimainkan dengan cara dipukul memakai tongkat kayu.
Druni dana merupakan alat musik harmonis yang dimainkan dengan cara dipukul atau dengan cara digoyangkan. Prinsip kerjanya sama dengan prinsip kerja dari alat musik garputala atau angklung. Druri Dana akan menghasilkan bunyi jika bambu-bambu yang tersusun tersebut saling berpadu.
Faritia merupakan alat musik tradisional Provinsi Sumatera Utara yang bentuknya menyerupai gong. Yang membedakan alat musik ini dengan aramba dan juga faritia adalah jika pada alat musik aramba hanya terdiri dari 1 (satu) atau 2 (dua) buah, maka pada alat musik faritia tersusun dari beraneka ragam ukuran yang menghasilkan nada yang berbeda ketika dipukul. Ukuran dari faritia umumnya memiliki diameter antara 20 cm sampai 30 cm.
Garantung atau garattung merupakan alat musik tradisional khas Batak Toba yang dibuat dari susunan 8 (delapan) lempengan kayu dan dipadukan dengan seutas tali. Alat musik ini akan menghasilkan nada melodis ketika dipukul memakai alat pemukul khusus dan memiliki lima bilah nada. Cara memainkan garantung ini sama seperti cara memainkan alat musik gamelan. Pada tangan kanan dipakai untuk memukul, sementara pada tangan kiri dipakai untuk mengatur ritme nada yang dihasilkan.
Gonrang dalam bahasa Indonesia artinya adalah gendang. Alat musik tradisional ini terbuat dari gelondongan kayu yang dibuang pada bagian tengahnya serta pada bagian sisinya dihamparkan kulit lembu kering dan berfungsi sebagai membran. Gonrang umumnya banyak ditemukan di dalam masyarakat sekitar Kabupaten Simalungun dimasa lampau.
Jika gonrang hanya mempunyai 1 (satu) membran seperti halnya alat musik bedug, maka gordang ini adalah alat musik kendang dengan 2 (dua) membrang di bagian dua sisinya. Gordang umumnya dimainkan dengan cara ditepuk memakai telapak tangan. Bunyi yang dihasilkannya pun sangat ritmis dan bisa mengatur permainan nada dari sebuah acara pertunjukan orkestra. Gordang umumnya ditemukan dalam kebudayaan masyarakat Batak Toba.
Hapetan merupakan alat musik tradisional petik khas Provinsi Sumatera Utara. Bentuknya dari alat musik ini menyerupai alat musik kecapi pada umumnya. Oleh sebab itu, beberapa suku di Provinsi Sumatera Utara juga menyebutnya alat musik ini dengan nama Hasapi, Kucapi, atau Kecapi.
Jika alat musik aramba dan juga faritia merupakan gong berukuran kecil, maka pada alat musik panggora ini adalah gong yang berukuran sangat besar. Gong ini mempunyai diameter lebih dari 36 cm dengan ketebalan lebih dari 6 cm. Karena terbuat dari logam seperti kuningan, besi, atau perunggu, suara yang dihasilkan panggora pun sangat nyaring dan juga keras. Panggora tidak digunakan secara khusus di dalam sebuah acara pertunjukan kesenian musik tradisional Provinsi Sumatera Utara, melainkan hanya dipakai pada saat-saat tertentu saja.
Pengaruh dari kebudayaan Melayu Aceh dalam kehidupan masyarakat Batak bisa dibuktikan dengan adanya alat musik tradisional satu ini. Ya, seruni bolon merupakan hasil percampuran Serune Kalee khas Provinsi Aceh dengan kebudayaan Batak. Alat musik melodis ini dimainkan dengan cara ditiup. Yang unik lagi, alat musik sarune bolon akan tetap menghasilkan suara baik itu karena ditiup ataupun ditarik napas. Oleh sebab itu cara kerja dari alat musik ini tergolong pernafasan dua arah.
Taganing merupakan alat musik tradisional khas Batak Toba yang berupa susunan 5 (lima) buah gendang dengan ukurannya yang beraneka ragam. Cara memainkannya yakni dengan cara dipukul menggunakan palu atau stik khusus yang terbuat dari kayu. Selain memiliki fungsi sebagai alat musik ritmis, alat musik taganing ini juga mengasilkan nada-nada melodis yang sangat bermanfaat dalam mengiringi alat musik tradisional lainnya dalam suatu pertunjukan.
Ole-ole sebenarnya bukanlah alat musik pertunjukan. Alat musik ini hanya terbuat dari bahan dasar batang padi yang ruasnya dipecah dan kemudian ditiup sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan nada. Ole-ole umumnya dimainkan oleh para petani di sawah saat sedang memanen padi. Untuk mengeraskan suara, biasanya ditambahkan lilitan berupa daun kelapa muda secara mengeliling sampai ukuran yang diharapkan. Di beberapa daerah di Indonesia, alat musik tradisional dari Provinsi Sumatera Utara ini juga sering dimainkan namun dengan nama dan juga sebutan yang berbeda-beda.
Di Provinsi Sumatera Utara sendiri setidaknya ada 12 alat musik yang dapat kita temukan bahkan sampai saat ini. Nah apa sajakah alat musik tersebut? Berikut ini 12 alat musik tradisional dari Provinsi Sumatera Utara :
Daftar Isi
1. Aramba
Aramba
Aramba merupakan alat musik tradisional berupa gong kecil dan terbuat dari bahan dasar logam besi, kuningan, ataupun perunggu. Alat musik ritmis ini diperkirakan berasal dari budaya masyarakat Nias, Sumatera Utara. Aramba umumnya dimainkan dengan cara dipukul memakai pemukul kayu. Di dalam daftar alat musik tradisional Provinsi Sumatera Selatan, alat musik aramba ini disebut juga dengan nama Bende.
2. Doli-Doli
Doli-Doli
Doli-doli merupakan alat musik tradisional Provinsi Sumatera Utara yang terbuat dari beberapa susunan bilah-bilah bambu. Alat musik yang berasal dari Nias ini, umumnya tidak dimainkan sendirian atau tunggal, melainkan selalu diiringi dengan bunyi alat musik tradisional lainnya, seperti aramba dan kendang. Doli-doli umumnya dimainkan dengan cara dipukul memakai tongkat kayu.
3. Druri Dana
Druri Dana
Druni dana merupakan alat musik harmonis yang dimainkan dengan cara dipukul atau dengan cara digoyangkan. Prinsip kerjanya sama dengan prinsip kerja dari alat musik garputala atau angklung. Druri Dana akan menghasilkan bunyi jika bambu-bambu yang tersusun tersebut saling berpadu.
4. Faritia
Faritia
Faritia merupakan alat musik tradisional Provinsi Sumatera Utara yang bentuknya menyerupai gong. Yang membedakan alat musik ini dengan aramba dan juga faritia adalah jika pada alat musik aramba hanya terdiri dari 1 (satu) atau 2 (dua) buah, maka pada alat musik faritia tersusun dari beraneka ragam ukuran yang menghasilkan nada yang berbeda ketika dipukul. Ukuran dari faritia umumnya memiliki diameter antara 20 cm sampai 30 cm.
5. Garantung atau Kolintang
Garantung atau Kolintang
Garantung atau garattung merupakan alat musik tradisional khas Batak Toba yang dibuat dari susunan 8 (delapan) lempengan kayu dan dipadukan dengan seutas tali. Alat musik ini akan menghasilkan nada melodis ketika dipukul memakai alat pemukul khusus dan memiliki lima bilah nada. Cara memainkan garantung ini sama seperti cara memainkan alat musik gamelan. Pada tangan kanan dipakai untuk memukul, sementara pada tangan kiri dipakai untuk mengatur ritme nada yang dihasilkan.
6. Gonrang
Gonrang
Gonrang dalam bahasa Indonesia artinya adalah gendang. Alat musik tradisional ini terbuat dari gelondongan kayu yang dibuang pada bagian tengahnya serta pada bagian sisinya dihamparkan kulit lembu kering dan berfungsi sebagai membran. Gonrang umumnya banyak ditemukan di dalam masyarakat sekitar Kabupaten Simalungun dimasa lampau.
7. Gordang
Gordang
Jika gonrang hanya mempunyai 1 (satu) membran seperti halnya alat musik bedug, maka gordang ini adalah alat musik kendang dengan 2 (dua) membrang di bagian dua sisinya. Gordang umumnya dimainkan dengan cara ditepuk memakai telapak tangan. Bunyi yang dihasilkannya pun sangat ritmis dan bisa mengatur permainan nada dari sebuah acara pertunjukan orkestra. Gordang umumnya ditemukan dalam kebudayaan masyarakat Batak Toba.
8. Hapetan atau Hasapi
Hapetan atau Hasapi
Hapetan merupakan alat musik tradisional petik khas Provinsi Sumatera Utara. Bentuknya dari alat musik ini menyerupai alat musik kecapi pada umumnya. Oleh sebab itu, beberapa suku di Provinsi Sumatera Utara juga menyebutnya alat musik ini dengan nama Hasapi, Kucapi, atau Kecapi.
9. Panggora
Panggora
Jika alat musik aramba dan juga faritia merupakan gong berukuran kecil, maka pada alat musik panggora ini adalah gong yang berukuran sangat besar. Gong ini mempunyai diameter lebih dari 36 cm dengan ketebalan lebih dari 6 cm. Karena terbuat dari logam seperti kuningan, besi, atau perunggu, suara yang dihasilkan panggora pun sangat nyaring dan juga keras. Panggora tidak digunakan secara khusus di dalam sebuah acara pertunjukan kesenian musik tradisional Provinsi Sumatera Utara, melainkan hanya dipakai pada saat-saat tertentu saja.
10. Sarune Bolon
Sarune Bolon
Pengaruh dari kebudayaan Melayu Aceh dalam kehidupan masyarakat Batak bisa dibuktikan dengan adanya alat musik tradisional satu ini. Ya, seruni bolon merupakan hasil percampuran Serune Kalee khas Provinsi Aceh dengan kebudayaan Batak. Alat musik melodis ini dimainkan dengan cara ditiup. Yang unik lagi, alat musik sarune bolon akan tetap menghasilkan suara baik itu karena ditiup ataupun ditarik napas. Oleh sebab itu cara kerja dari alat musik ini tergolong pernafasan dua arah.
11. Taganing
Taganing
Taganing merupakan alat musik tradisional khas Batak Toba yang berupa susunan 5 (lima) buah gendang dengan ukurannya yang beraneka ragam. Cara memainkannya yakni dengan cara dipukul menggunakan palu atau stik khusus yang terbuat dari kayu. Selain memiliki fungsi sebagai alat musik ritmis, alat musik taganing ini juga mengasilkan nada-nada melodis yang sangat bermanfaat dalam mengiringi alat musik tradisional lainnya dalam suatu pertunjukan.
12. Ole-Ole
Ole-Ole
Ole-ole sebenarnya bukanlah alat musik pertunjukan. Alat musik ini hanya terbuat dari bahan dasar batang padi yang ruasnya dipecah dan kemudian ditiup sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan nada. Ole-ole umumnya dimainkan oleh para petani di sawah saat sedang memanen padi. Untuk mengeraskan suara, biasanya ditambahkan lilitan berupa daun kelapa muda secara mengeliling sampai ukuran yang diharapkan. Di beberapa daerah di Indonesia, alat musik tradisional dari Provinsi Sumatera Utara ini juga sering dimainkan namun dengan nama dan juga sebutan yang berbeda-beda.
Suka artikel berjudul Inilah 12 Alat Musik Tradisional Dari Sumatera Utara, Yuk bagikan ke: